_*Si Penyisir Putri Fir’aun*_
_By Erna Iriani Jun 20, 2018_
Masyitoh adalah wanita salehah. Beliau dan suaminya sudah lama beriman kepada Allah. Namun, mereka menyembunyikan keimanannya. Keduanya adalah pelayan di istana Fir’aun sehingga sangat berbahaya jika Fir’aun mengetahuinya.
Masyitoh bertugas menyisir rambut putri Fir’aun. Setiap hari beliau menyisir rambut dan mendandani sang Putri.
Pada suatu hari, seperti biasa Masyitoh menyisir rambut Putri Fir’aun sambil melamun. Tiba-tiba sisir yang dipegangnya terjatuh. Karena kaget, tanpa sadar beliau mengucapkan, “Dengan nama Allah.”
Putri Fir’aun heran dengan ucapan Masyitoh yang baru pertama kali didengarnya. “Siapa Allah?” tanyanya.
Masyitoh menutup mulutnya sambil menggeleng. “Siapa?” tanya Putri Fir’aun.
Akhirnya Masyitoh berkata, “Allah, Tuhan semesta alam. Hanya Dia yang patut disembah.”
“Lalu bagaimana dengan ayahku? Bukankah ia Tuhan?” hardik Putri Fir’aun.
“Binasalah Fir’aun,” kata Masyitoh tegas.
Putri Fir’aun kaget mendengar perkataan Masyitoh. la segera mengadukan hal itu pada ayahnya. Masyitoh pun diseret ke hadapan Fir’aun. “Apa benar yang dikatakan putriku, bahwa kamu menghinaku?” tanya Fir’aun marah.
Keberanian Masyitoh timbul. Beliau tak takut sama sekali digertak Fir’aun. Masyitoh berdiri dan menjawab lantang, “Betul, Baginda Raja yang lalim. Dan tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai segala alam dan isinya.” Fir’aun semakin marah. la memerintahkan suami Masyitoh dan anak-anaknya ditangkap. Mereka diseret ke hadapan orang-orang ramai. Fir’aun ingin rakyatnya menyaksikan akibat bagi orang yang menentangnya.
Suami Masyitoh sama tegarnya. la berani menyatakan di depan Fir’aun bahwa dirinya beriman hanya kepada Allah. la bersuara keras dan berdakwah tentang kebesaran Allah. Fir’aun terperangah dan langsung menghukum suami Masyitoh saat itu juga. Melihat suaminya meninggal, Masyitoh tidak gentar. “Apakah kamu mau meninggalkan agamamu?” tawar Fir’aun.
Masyitoh menggeleng kuat, lagi-lagi beliau menyebut nama Allah.
“Baik. Anakmu akan kuhukum seperti ayahnya!” ancam Fir’aun.
Tapi Masyitoh tetap tegar, tak mau menukar keimanannya. Masyitoh hanya menatap sendu ketika anaknya dihukum di hadapannya. Melihat Fir’aun menghukum anggota keluarganya satu per satu sampai meninggal, Masyitoh bergeming. la tetap mempertahankan keimanannya. Hingga tersisa si bayi, anak Masyitoh yang paling kecil. “Lihat bayimu! Apakah akan kamu korbankan juga?” tanya Fir’aun.
Sejenak Masyitoh termenung, ditatapnya buah hatinya. Ada getar keraguan di dalam hatinya. Namun, Allah Mahakuasa. Keajaiban terjadi. Tiba-tiba saja bayi itu dapat berbicara.
“Jangan takut dan ragu, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari allah. Dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.”
Masyitoh tersenyum. Kini beliau rela menghadapi kematian. Masyitoh dan bayinya juga dihukum oleh Fir’aun. Sampai akhir hayatnya Masyitoh tetap teguh pendiriannya. Beliau menyambut kematian dengan ikhlas.
Dari kuali tempat keluarga Masyitoh dihukum, tercium harum semerbak. Beberapa orang yang menyaksikan keajaiban itu menjadi beriman kepada Allah. Namun, mereka tak berani mengungkapkannya. Itulah keteguhan Masyitoh dalam mempertahankan agamanya.
_Sumber: 40 Putri Terhebat, Bunda Terkuat/ Penulis: Tethy Ezokanzo/ Penerbit: Gramedia Pustaka Utama_
_*Semoga Bermanfaat*_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar