PENUNDAAN TERKABULNYA DOA
BELUM TERKABULNYA DOA SI HAMBA, SETELAH BERUSAHA BERULANG-ULANG BERDOA PENUH HARAPAN, JANGAN SAMPAI BERPUTUS ASA KARENA BELUM TERKABULNYA DOA KITA. SEBAB ALLAH SWT. TELAH MEMBERI JAMINAN DI TERIMANYA DOA SETIAP HAMBA ALLAH, MENURUT PILIHAN DAN KETENTUAN ALLAH SENDIRI, BUKAN ATAS PILIHAN DAN KEMAUAN SI HAMBA, ATAU MENURUT WAKTU YANG DI KEHENDAKI HAMBA, AKAN TETAPI ALLAH TAALA TELAH MENETAPKAN KAPAN DAN DI SAAT APA DOA SEORANG HAMBA DI TERIMA OLEH-NYA.
Berdoa kepada Allah tidak cukup hanya sekali, tetapi harus berkali-kali. Kita boleh saja merajuk dalam doa. Boleh berkeluh kesah kepada Allah atas derita-derita kita. Boleh juga menyampaikan rasa senang dan gembira dengan penuh syukur atas semua yang telah dikabulkan Allah Taala.
Syarat di terimanya suatu doa, apabila dilaksanakan dengan penuh harapan dan tidak berputus asa. Karena jelas tidak semua permohonan yang disampaikan kepada Allah Taala langsung dikabulkan. Tidak cepatnya suatu doa itu dikabulkan oleh Allah Taala, bukan berarti Allah menolak doa hamba-Nya. Karena Allah Swt. Telah menjamin setiap doa akan diterima. Allah Swt. Mengingatkan:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Al-Mumin:60)
Allah Swt. Adalah Rabb yang Maha Mengetahui akan kondisi hamba-hamba-Nya. Kapan dan bilamana Allah mengabulkan permohonan si hamba. Namun demikian terkabulnya doa, tidaklah terikat dengan kemauan sihamba akan tetapi lebih terikat dengan kehendak dan rencana Allah Swt. Seperti dijelaskan dalam firman Allah Swt. Dalam surat Al-Baqarah ayat 186:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Dari sahabat Anas ra. Bahwasannya Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
Tiada seorang hamba yang meminta dengan suatu permohonan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta, jika ia menahan diri dari perbuatan maksiat, Allah Taala menyelamatkan dirinya dari bahaya, atau diampuni dosa-dosanya. Selama si hamba tidak berdoa kepada perbuatan yang mendekatkan diri kepada dosa atau berdoa agar terputus dari persaudaraan dengan karib kerabatnya.
Di antara syarat di terimanya doa ialah:
- Berdoa dengan sepenuh hati dan bersifat tulus.
- Bersih dari dosa-dosa yang menghambat lancarnya doa.
- Memulai doa dengan hamdalah(mengucapkan sifat-sifat Allah dalam asmaul husna), membaca shalawat kepada Nabi dan tutupa dengan mengucapkan kalimat Subhana Rabbika Rabbil Izzati Amma yasifun wasalaamun alal mursalin walhamdulillahi Rabbil Alamin.
- Penuh harapan agar doanya di kabulkan oleh Allah Swt.
- Tidak tergesa-gesa mengucapkan kalimat doa.
- Menanti tdengan sabar, sehingga Allah mengabulkan doanya.
Kapan doa seorang hamba di kabulkan oleh Allah Taala? Suatu doa yang telah dipanjatkan kepada Allah Swt. Dengan jaminan bahwasannya setiap doa hamba yang mukmin pasti akan diterima oleh Allah Swt. Setiap doa yang telah di panjatkan akan di kabulkan oleh Allah Swt. Dalam waktu yang telah di tetapkan. Atau Allah Taala menunda mengabulkan doa, yang akan diperkenankan dalam waktu lain. Apabila doa seorang hamba belum dikabulkan dimasa hidupnya, maka doa itu akan di petik hasilnya di akhirat. Atau akan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa seorang hamba.
Berdoalah karena doa adalah perisai yang akan memberi dorongan bagi seorang hamba, di saat ia sangat memerlukan pertolongan Allah Taala. Kebutuhan manusia kepada Allah, dan merasakan kekukarangan keterbatasan dirinya, akan menempatkan doa sebagai suatu yang benar-benar sangat bernilai bagi manusia.
Syeikh Ahmad Ataillah mengingatkan:
Janganlah menjadikan seseorang ragu terhadap janji Allah sebab belum terpenuhinya janji tersebut, walaupun pada saat yang sangat di perlukan. Karena meragukan janji Allah akan menjadi sebab sihamba menjadi redup iman dan penglihatan mata hatinya, dan memadamkan cahaya jiwanya.
Apa yang telah di janjikan Allah kepada manusia tidak perludi ragukan. Karena hati yang ragu akan membawa akibat ruksanya iman dan lenyapnya sinar Allah dari hati kita. Oleh sebab itu, maka seorang mukmin hendaklah meyakini dengan sepenuh hati, bahwa yang telah di janjikan Allah pasti akan diterima sihamba.
Allah Swt. Adalah Al-Kholiq yang Maha Kuasa, serta mengetahui kapan dan bilamana permintaan seorang hamba akan diberikan. Seorang hamba berhadapan dengan janji Allah wajib bersifat tenang dan istiqamah. Artinya, tidak selalu bimbang dan ragu. Karena perasaan seperti ini menunjukan kelemahan iman.
Hubungan hamba dengan Al-Khaliq, adalah hubungan yang sangat dekat sekali.akrabnya hubungan ini diibaratkan dekatnya urat kuduk dengan tengkuk kita sendiri. Oleh karena hubungan yang sangat erat ini, maka seorang hamba dapat berdialog langsung dengan Allah, dalam upaya mendengar langsung, dan merasakan langsung anugrah-anugrah besar dari Allah, yang kadang-kadang secara implicit dapat dirasakan oleh si hamba.
Manusiadalam hubungan dengan Allah, tidaklah semata-mata karena ia tahu Allah itu Wujud, akan tetapi dalam hubungan selanjutnya manusia mampu berhubungan dengan Allah melalui BASIRAH yakni mata hati rohaninya.
Dalam pada itu Allah Jalla Jalaluh, akan terus-menerus menguji tingkat iman manusia. Kemampuan hamba dalam menghadapi segala peristiwa dan keteguhan dirinya mempertahankan keimanannya. Ujian dari Allah akan menentukan pula tingkat iman seorang hamba, bahkan akan menyempurnakan keimanan sang hamba.
Diatas segala hal yang diharapkan oleh sihamba dari Allah Swt., maka si hamba tetap mempunyai kewajiban melaksanakan tugas ibadahnya, dan tetap mengagungkan Allah Taala sendiri, tidak mensekutukan Allah dengan yang selain-Nya.
Sifat ragu dan syak kepada Allah Swt., apabila tidak berhati-hati, akan membawa akibat seorang hamba melewati batas-batas yang tidak boleh ia dilanggar. Batas-batas itu ialah akidah yang meliputi sifat-sifat dan Dzat Allah Taala. Syak, akan membuat orang lupa, bahwa Allah Taala adalah Dzat yang Maha Mengetahui, Maha Berilmu, serta Maha Mulia lagi Adil Bijaksana.
Sifat-sifat kesempurnaan Allah Taal yang tidak sama dengan sifat manusia yang pelupa, tidak mengetahui, tidak berkuasa, tidak adil adalah suatu pertanda lengkap, bahwa Allah yang memiliki sifat kesempurnaan akan menepati janji-Nya kepada manusia.
Manusia beriman yang di lengkapi dengan indera rasa dan fakir adalah anugrah Allah, agar manusia memanfaatkan seluruh indera jasmaninya untuk memahami Allah Ta\ala dalam melaksanakan tugas hidupnya dan menempa keimanannya sepanjang anugrah itu dimiliki.
Wallahu Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar