Minggu, 21 Agustus 2011

Syahidnya Imam Husain Di Padang Karbala

Gugurnya Al Husain menandai berakhirnya pertempuran tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriyah di Karbala yang berlangsung sehari suntuk antara 4.000 orang anggota pasukan Umar bin Saad dari Kufah dan sekelompok tidak lebih dari 80 orang anggota rombongan Al Husain. Pedang-pedang dibersihkan dan dimasukkan ke dalam sarungnya. Busur-busur disarangkan kembali ke pundak. Tombak-tombak dibersihkan ujungnya dari darah yang mulai mengering. Tidak ada lagi sudah sasaran untuk senjata-senjata yang digerakkan oleh tangan-tangan yang dikendalikan jiwa yang dihuni oleh syaitan itu. Jenazah para pahlawan, anggota rombongan Al Husain yang bertebaran di padang Karbala itu bisa dibedakan dengan jelas dari mayat-mayat anggota pasukan Umar bin Saad yang tidak sedikit jumlahnya. Jenazah-jenazah pasukan Al Husain semuanya sudah tidak berkepala lagi karena selalu ditebas dengan gemasnya oleh pasukan-pasukan dari Kufah. Tinggal lagi tubuh-tubuh yang tidak berkepala itu berserakan. Di angkasa burung-burung buas berterbangan, siap untuk berpesta pora dengan mayat yang sedemikian banyaknya.

..................


Pada saat demikian itulah, menurut suatu riwayat yang dikisahkan oleh penulis sejarah Islam terkenal At Thobari dan Ibnul Atsir, pasukan Umar bin Saad yang masih segar kemudian berebut beramai-rarnai menggerayangi jenazah-jenazah para pahlawan tersebut untuk mengambil apa saja yang bisa mereka bawa. Kuda dan onta yang sudah tidak bertuan lagi mereka kejar-kejar untuk mereka miliki. Senjata yang sudah lepas dari tangan-tangan yang tak bernyawa mereka angkuti. Dan belum puas dengan itu semua, mereka kemudian mengarahkan pandangannya ke perkemahan para wanita dan anak-anak. Tanpa perintah komandannya, tetapi diperintah oleh syaitan yang bersemayam dalam hati mereka, kemudian mereka menyerbu kemah-kemah kaum wanita yang sudah ditinggalkan sama sekali oleh kaum lelaki itu. Berpacu mereka saling mendahului untuk mendapatkan barang yang terbaik dan terbanyak. Segera dari dalam kemah itu terdengar jeritan-jeritan dan tangisan perempuan untuk sebentar kemudian diikuti oleh wanita yang menggendong anak-anak berlarian ke luar. Tetapi orang-orang tetap mengejar mereka dan melucuti perhiasan dan pakaian yang dikenakan oleh wanita dan anak-anak itu.

Melihat tingkah polah anggotanya itu, Umar bin Saad tersentuh hatinya. Segera diperintahkannya agar mereka menghentikan tindakan-tindakannya itu.

"Hayo, kembalikan semua barang-barang wanita-wanita itu," perintahnya. Tetapi mabuk kemenangan dan mabuk harta menyebabkan orang-orang itu sama sekali tidak mematuhi perintah atasannya.

Demikian menurut apa yang diriwayatkan oleh At Thobari dan Ibnu Atsir mengenai detik-detik terakhir peristiwa hitam yang terjadi di Karbala itu.
……………

Hari semakin gelap. Di ufuk Barat tinggal lagi cahaya merah tua. Burung-burung pemakan mayat yang berpesta mulai meninggalkan tempat kembali ke sarangnya. Sebentar kemudian tibalah waktu maghrib. Perempuan-perempuan anggota rombongan Al Husain melakukan sholat maghrib dalam keadaan yang paling menyedihkan. Tanpa pemimpin dan tanpa Imam mereka. Mereka mengadukan nasibnya sekarang kepada Allah SWT.

Suasana berkabung dan sedih mencekam wanita dan anak-anak seperti serombongan anak ayam yang ditinggalkan tiba-tiba oleh induknya dan dibayangi di atas oleh burung elang yang kelaparan. Tidak jauh di depan kemah-kemah mereka terserak jenazah orang-orang yang sangat mereka cintai terdiri dari sanak-saudara dari rumpun Bani Hasyim, kerabat yang paling dekat dari Rasul Allah SAW.

Segera bulan menggantikan matahari menyinari padang Karbala yang mengerikan itu. Burung-burung ganas digantikan oleh anjing-anjing liar padang pasir. Suara aungan mereka menambah seram malam 10 Muharram itu. Mereka mencium bau mayat-mayat segar dan segera akan berpesta pora. Lolongan kegembiraan mereka memanggil kawan-kawannya lebih menyatat-nyayat hati orang-orang perempuan yang duduk termangu-mangu sambil mengucapkan kata-kata membesarkan nama Allah SWT dan mohon ampun kepada-Nya. Perlahan-lahan mereka keluar kembali menuju ke bekas medan laga. Tanpa takut dan ngeri, di bawah cahaya bulan mereka merunduk-runduk melihat mayat dari satu jenazah ke jenazah yang lain.

Dengan kepiluan dan kasih sayang dan sedu sedan mereka mengumpulkan tangan yang telah hilang untuk didekatkan dengan tubuh yang semuanya sudah tidak berkepala lagi itu. Tangan suami tangan kekasih, tangan kakak atau adik yang tercinta. Kemudian mereka duduk termangu menunggui sisa-sisa bekas orang-orang yang paling mereka kasihi dan mengasihi mereka.

Sementara itu tidak jauh dari tempat kedudukan itu terhimpun sisa anggota pasukan Ubaidillah bin Ziyad. Beramai-ramai mereka mengelilingi api unggun. Bernyanyi, tertawa dan bersorak serta berpesta pora sambil menghitung-hitung harta hasil rampokan mereka masing-masing. Di samping itu mereka juga sibuk menghitung kepala-kepala manusia yang mereka bawa seperti menjinjing kepala kambing. Komandan pasukan dari Kufah itu kemudian memerintahkan agar kepala-kepala anggota rombongan Al Husain itu dikumpulkan untuk dibawa ke Kufah guna diserahkan sebagai barang bukti kesetiaan mereka kepada Ubaidillah bin Ziyad.

Kitab "Asadul-Ghabah" mengungkapkan, bahwa komandan pasukan, Umar bin Saad di samping berhasil menyerahkan kepala Al Husain juga telah menyerahkan tidak kurang dari 71 kepala para sahabat dan keluarga Al Husain yang telah gugur di Karbala itu. Ternyata kepala-kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya itu dijadikan bahan rebutan oleh suku-suku Arab yang berada di sekitar Kufah. Mereka itu ingin memperoleh bukti bahwa mereka telah berjasa menumpas rombongan Al Husain untuk kemudian dapat digunakan sebagai usaha mencari muka dan menjilat kepada Ibnu Ziyad di Kufah atau Yazid bin Muawiyah di Damsyik (Syam).

Buku "Asadul-Ghabah" itu selanjutnya mengungkapkan bahwa suku Kindah yang dipimpin oleh Qais bin 'Asy'ats telah berhasil mengumpulkan dan "mempersembahkan" kepada Ibnu Ziyad 13 buah kepala. Sedangkan suku Hawazin yang dipimpin oleh Syammar Dzil Jausyan yang terkenal sebagai orang yang sangat membenci ahlul-bait berhasil "mempersembahkan" 20 buah kepala dari orang-orang keluarga Rasul Allah s.a.w. itu. Sementara Bani Tamim dan Bani Asad masing-masing "memberikan sumbangan" berupa 17 buah kepala dari hasil pembantaian yang mereka lakukan di Karbala pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriyah itu.
....................

Timeline Syahidnya Imam Husein

02 Muharram : Imam Husain tiba di Karbala
03 Muharram : Istishad Imam Husain

04 Muharram : Tenda Imam Hussain dipindah dekat Sungai Eufrat

06 Muharram : 30.000 pasukan Yazid Laknatullah tiba di Karbala

07 Muharram : Jalan menuju sungai Eufrat diblokir oleh pasukan Yazid Laknatullah
09 Muharram : Yaumul Tasu'a: Rombongan Imam Hussain dikepung oleh musuh / Malam Asyura
10 Muharram : Hari Asyura / Syahidnya Imam Husain 61 HTermasuk pembantaian seluruh keluarga & pengikut rombongan oleh pasukan Yazid Laknatullah
11 Muharram : Hanya 3 orang keluarga Rasulullah SAW yang tersisa hidup yakni :
1. Siti Zainab bin Ali
2. Ummu Kulsum bin Muhamad (anak)
3. Imam Ali Zayn Al-Abidin bin Husein [A.S.]
beserta beberapa orang lainnya ditawan dan dirantai dibawa ke Kufah dan Damascus sebagai tawanan untuk dihadapkan ke Yazid Laknatullah yang saat itu menjadi khalifah menggantikan ayahnya Muawiyah. Dan yang paling mengerikan adalah para pasukan Yazid Laknatullah juga membawa penggalan Kepala Imam Hussain

12 Muharram : Rombongan Ahlul Bait yang menjadi tawanan Yazid Laknatullah tiba di Kufah
13 Muharram : Setelah dipertontonkan kepada Gubernur Kufah, seluruh mayat Ahlul Bait termasuk penggalan kepala Imam Husain dikubur di Kufah
..................

Demikianlah sekelumit kisah pembantaian keluarga Rasulullah SAW di Karbali oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Yang tertinggal hanya anak Sayidina Husein yakni Sayidina Zainal Ali Abidin dan Zainab. Mereka dibawa Ke Kuffah dan Damsyik menemui Yazid sebagai tawanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar