Senin, 10 Februari 2025

NGALAP BERKAH DARI SYEKH KHOLIL BANGKALAN

بسم الله الرحمن الرحيم 

Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, masyhur dipanggil Mbah Kholil Bangkalan, Madura. Beliau adalah pemuka para Ulama (Muqoddam) pada zamannya, bahkan derajatnya oleh sebagian periwayat sudah mencapai taraf Qutub, Wallahu A'lam.

Namanya bukan hanya masyhur di Jawa dan Madura saja, para pemuka Agama Islam yang tersebar di Nusantara kala itu, rata-rata sudah mendengar namanya, maka tak heran silih berganti Ulama-ulama sowan kepangkuannya. Adapun secara silsilah oleh beberapa Ulama sepuh menuturkan bahwa Mbah Kholil Bangkalan nasabnya bersambung hingga ke Sunan Gunung Jati Cirebon, dan masih termasuk keturunan Rosulullah.SAW dari marga Basyaiban. Diperkirakan lahir pada tahun 1820 Masehi di Kemayoran, Bangkalan, Madura.

Salah satu Guru Mbah Kholil yang ma’ruf adalah Syekh Imam Nawawi Al-Bantani, tetapi Syekh Nawawi Al-Bantani juga mengakui Syaikhona Kholil sebagai gurunya, karena sudah tau kemasyhuran Mbah Kholil ketika pertama kali bertemu di Mekkah. Sedang jumlah murid Mbah Kholil tak terbilang lagi dan rata-rata setelah boyong dari Pesantren Demangan yang Beliau dirikan, murid-muridnya dikemudian hari menjadi Ulama besar, tak hanya itu, murid-muridnya pun secara keseluruhan memiliki pengaruh yang besar pula di antara Ulama lainnya. Adapun beberapa murid beliau di antaranya adalah;
KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU dan Pesantren Tebuireng - Jombang),
KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah),
KH. Abdul Karim/Mbah Manab (Pendiri Pesantren Lirboyo - Kediri),
KH. Muhammad Ihsan dari Tuban (Kakeknya Cak Nun – Jombang),
KH. As’ad Syamsul Arifin (Pengasuh Pesantren Asembagus – Situbondo),
KH. Abdul Wahab Hasbullah (Pengasuh Pesantren Tambak Beras – Jombang),
KH. Munawwir (Pendiri Pesantren Al-Munawwir Krapyak – Yogyakarta),
KH. Muhammad Ma'roef (Pendiri Pesantren Kedunglo - Kediri),
KH. Bisri Syansuri (Pendiri Pesantren Denanyar - Jombang)
KH. Ma’shum (Pendiri Pesantren Al-Hidayah Lasem – Rembang),
KH. Anwar Alwi (Pengasuh Pesantren Paculgowang - Jombang),
KH. Abdussalam (Ayah KH. Abdullah Zein Salam, dan Pendiri Pesantren Polgarut Kajen - Pati),
KH. Baidlowi (Pendiri Pesantren Al-Wahdah Lasem - Rembang),
KH. Munji (Pengasuh Pesantren Raudlatul Ulum Kajen - Pati),
KH. Romli Tamim (Pengasuh Pesantren Darul Ulum Peterongan - Jombang),
KH. Raden Asnawi (Pendiri Madrasah Qudsiyyah dan Pesantren Raudlotut Tholibin - Kudus),
KH. Raden Abdul Fatah (Pendiri Pesantren Al-Fatah Mangunsari - Tulungagung),
KH. Abdul Hamid Chasbullah, (Adik Kiai Wahab Chasbullah dan Pengasuh Pesantren Tambak Beras - Jombang)
KH. Faqih Abdul Jabbar (Pengasuh Pesantren Maskumambang - Gresik),
KH. Ahmad bin Syu'aib (kakek Mbah Maimoen Zubair, Sarang - Rembang).
dan masih banyak yang lainnya.

Mungkin para Milenial terbesit pertanyaan, kok gelarnya Mbah Kholil itu KH (Kiyai Haji), apakah Mbah Kholil pada masa itu sudah menunaikan Hajinya?! Jawabnya bukan hanya sudah menunaikan Haji saja, beliau dengan Karomah yang dimilikinya justru setiap tahun rutin memberangkatkan haji, baik kerabatnya, tetangganya hingga muridnya sendiri, dalam jumlah lebih dari 5 jamaah haji setiap tahun. Bahkan santri asal pulau Jawa pertama Mbah Kholil yaitu Mbah Hasyim Asy'ari juga pernah di berangkatkan haji ketika masih nyantri di Bangkalan.

Memang, bicara sejarah kehidupan Mbah Kholil terkadang tidak bisa ditangkap dengan logika awam. Kedudukan seorang Kiyai Khos yang memiliki segudang doa mujarab yang juga Mualif Ratib, dibutuhkan kejernihan hati dan pikiran sehingga yang namanya Karomah yang dimiliki para Kekasih Allah itu bukan isapan jempol belaka. Yang demikian ada dan fakta.

Disaat KH. Hasyim Asy’ari sedang gencar-gencarnya Riyadloh dalam rangka meneguhkan hati sehingga diberi kemampuan oleh Allah SWT mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Sebelum mendirikan NU, Mbah Hasyim di sarankan oleh para gurunya di Mekkah untuk meminta do'a restu kepada Auliya' masyhur di Nusantara, yakni Syaikhona mbah Kholil bin Abdul Latif Bangkalan.
Mbah Kholil sebagai Gurunya kala itu mengirim tongkat kepada KH. Hasyim Asy’ari melalui KH. As’ad Syamsul Arifin (kala itu usia Kiai As’ad terbilang masih sangat muda, sekitar 26 tahun).

Setelah tongkat pemberian Mbah Kholil diterima oleh KH. Hasyim Asy’ari dari Tangan KH. As’ad, seketika KH. Hasyim Asy’ari merasa gembira seraya berkata: “AlhamduLillah, saya ingin mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Ini adalah amanah, saya akan teruskan kalo begini”.

Kemudian pada akhir tahun 1924 Masehi, kembali Mbah Kholil mengirim tasbih kepada KH. Hasyim Asy’ari melalui KH. As’ad lagi. Tasbih itu tidak serta merta dipegang dengan tengan KH. As’ad, namun dikalungkan langsung dengan tangan Mbah Kholil dileher KH. As’ad atas permintaan KH. As’ad sendiri. Ini adalah bentuk adab, tata krama, unggah ungguh dan wujud kerendahan hati sang Murid tatkala membawa amanah Gurunya.

Sesampainya dihadapan KH. Hasyim Asy’ari, tasbih itu langsung di ambil dari leher KH. As’ad dengan tangan KH. Hasyim Asy’ari sendiri. Kata KH. Hasyim Asy’ari: “Apa dawuh Kiai Kholil untuk saya saat menyerahkan tasbih ini?”

KH. As’ad Syamsul Arifin menjawab: “Yaa Jabbar, Yaa Jabbar, Yaa Jabbar, Yaa Qahhar, Yaa Qahhar, Yaa Qahhar. Siapa yang berani pada NU akan hancur!!! Siapa yang berani pada Ulama akan Hancur!!! Begitulah dawuh Syaikhona Kholil Bangkalan untuk panjenengan Kiai”

Kemudian berdirilah Nahdlatul Ulama, sebagai organisasi Islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang terbilang paling besar di dunia.

Menurut saksi hidup, Syaikhona Kholil Bangkalan sang Paku Tanah Jawa sekaligus pemilik Madrasahnya para Auliya',, wajahnya hampir mirip dengan wajah putrinya yang bernama Nyai Asma. Adapun Nyai Asma pada foto dibawah ini berada di depan sendiri memakai jilbab putih.

Semoga Allah SWT memuliakan Syaikhona Kholil Bangkalan, beserta keluarganya, keturunannya, seluruh murid-muridnya juga pengikutnya berkat Jah dan Syafa’at Baginda Rasulullah SAW, Aamiin.

Tampak dalam foto bawah 📸: Nyai Asma Binti Syaikhona Kholil (kerudung putih) dan Nyai Romlah (ibunda KH. Abdullah Schall) menuntun mempelai pria Kiai Abdul Mughni Bin Kholili.

Menurut sebagian saksi sejarah, wajah Syaikhona Kholil memiliki kemiripan dengan  wajah putri beliau Nyai Asma.⁣

رب فانفعنا ببركتهم *  و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم * و معافاة من الفتن⁣

Tidak ada komentar:

Posting Komentar