*MUTIARA NASEHAT AL-FAQIH AL-MUHAQQIQ AL-HABIB ZAIN BIN IBRAHIM BIN SUMAITH TERKAIT WASIAT NABI KETIKA HAJI WADA'*
_ABU HASAN-313_
Sebelum Nabi SAW pergi meningalkan dunia ini, beliau telah meninggalkan umat beliau di atas jalan terang dan bersih yang malamnya seperti siangnya, karena setiap ada keutamaan, beliau pasti mendorong umat untuk melakukannya, dan setiap ada keburukan dan kehinaan, beliau pasti melarang umat darinya.
Saat haji Wada’ dimana Rasulullah SAW berpamitan kepada kaum muslimin dan menyampaikan khutbah agung, beliau menegaskan syariat-syariat Islam, menghancurkan pondasi-pondasi kesyirikan dan kejahiliyaan, menegaskan hal-hal yang diharamkan dimana seluruh agama sepakat mengharamkannya, yaitu; darah, harta, dan kehormatan.
Beliau berkata dalam khutbahnya;
«أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟» ، قَالُوْا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟» قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: «أَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟» ، قَالُوْا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، «أَلَيْسَ ذُو الحَجَّةِ؟» ، قَالُوْا: بَلَى، قَالَ «أَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟» قَالُوْا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ «أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الحَرَامِ؟» قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ، أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟» ، قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ، فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوعٌ، وَدِمَاءُ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ أَلَا وَإِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ مِنْ أَنْ يُعْبَدَ فِي بِلَادِكُمْ هَذِهِ أَبَدًا وَلَكِنْ سَتَكُونُ لَهُ طَاعَةٌ فِيمَا تَحْتَقِرُونَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ فَسَيَرْضَى بِهِ فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ ، وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ، فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ، وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ، كِتَابُ اللهِ، وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟» قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَقَالَ: بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ، يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ «اللهُمَّ، اشْهَدْ، اللهُمَّ، اشْهَدْ» ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Hari apa ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau berkata, ‘Bukankah ini hari Nahar? Mereka menjwab, ‘Betul.’ Beliau kembali bertanya, ‘Negeri apa ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau berkata, ‘Bukankah ini Makkah?’ Mereka menjwab, ‘Betul.’ Beliau kembali bertanya, ‘Bulan apa ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau berkata, ‘Bukankah ini bulan Dzulhijah?’ Mereka menjwab, ‘Betul.’ Beliau kemudian berkata, ‘Sungguh, darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian; haram bagi kalian, seperti haramnya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan di bulan kalian ini.
Ketahuilah! Apakah sudah aku sampaikan?’ Mereka menjawab, ‘Engkau sudah menyampaikan, wahai Rasulullah.’ Beliau kemudian berkata, ‘Ya Allah! Saksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena bisa jadi orang yang diberitahu lebih mengerti dari orang yang mendengar. Maka, janganlah kalian kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku; kalian saling menebas leher satu sama lain.
Ketahuilah! Semua perkara jahiliyah sudah terletak bawah kakiku (tidak berlaku lagi), dan semua perkara pembunuhan di masa jahiliyah sudah dibatalkan (tidak berlaku lagi).
Wahai manusia sekalian! Sungguh, setan sudah merasa putus asa untuk disembah di tanah kalian ini untuk selamanya. Namun, ia pasti ditaati untuk selain hal itu, dan ia menerima perbuatan-perbuatan dosa yang kalian anggap remeh.
Bertakwalah kepada Allah terkait istri-istri kalian, karena kalian mendapatkan mereka dengan amanat Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian yang wajib bagi mereka adalah tidak mengizinkan siapapun yang tidak kalian suka masuk ke rumah kalian. Jika mereka melakukan itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Hak mereka yang wajib bagi kalian adalah mendapatkan nafkah dan pakaian dengan cara yang patut. Aku tinggalkan sesuatu di tengah-tengah kalian, kalian tidak akan tersesat setelahnya selama kalian berpegang teguh kepadanya; kitab Allah. Kalian akan ditanyai tentang aku, lantas apa yang akan kalian katakan?’
Mereka menjawab, ‘Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanat), dan telah menasehati (umat).’ Beliau kemudian berisyarat dengan jari telunjuk ke langit sambil beliau acung-acungkan ke arah orang-orang, ‘Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah!’ Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali’.”
Kaum muslimin sekalian!
Inilah wasiat Rasulullah SAW, penasehat terbaik. Bukankah sudah tiba waktunya bagi kita untuk berpegangteguh dan kembali pada ajaran-ajaran agama ini? Islam memerintahkan kita berilmu, tapi kita lebih cenderung pada kebodohan. islam mendorong kita bekerja, tapi kita lebih cenderung untuk bermalas-malasan. Islam mendorong kita beperilaku jujur dan amanat, tapi kita menyelipkan khianat dan tipuan di dalam hati kita. Demi Allah, ini bukanlah akhlak orang-orang mukmin.
Rasulullah SAW bersabda;
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
```“Orang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya, dan orang mukmin adalah orang yang orang lain merasa aman dalam darah dan harta benda mereka.”```
Nabi SAW bersabda;
لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
```“Janganlah kalian saling dengki, janganlah kalian saling menaikkan harga barang (tanpa bermaksud membelinya), janganlah kalian saling marah, dan janganlah kalian saling membelakangi. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Muslim itu saudara Muslim lainnya, tidak menzaliminya, tidak mendustakannya, tidak mengabaikannya tanpa menolongnya, dan tidak meremehkannya. Setiap muslim bagi muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”```
Itulah tiga kehormatan seorang muslim. Tidak halal satu pun di antaranya kecuali karena hak Islam. Itupun harus benar-benar terbukti tanpa keraguan ataupun syubhat. Ketika terjadi syubhat harus menahan diri. Selain itu, tidak boleh berburuk sangka kepada seorang pun yang mengucapkan, “La ilaha illallah,” karena seorang muslim itu terlalu besar kehormatannya di sisi Allah untuk diterjang kehormatannya dengan adanya keraguan dan kemungkinan lain. Dalam hadits disebutkan;
مَنْ قَالَ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Barangsiapa berkata kepada saudaranya, ‘Hai kafir,’ maka (kata-katanya) kembali pada salah satu di antara keduanya’.” Yaitu, kata-katanya berbalik kepada dirinya sendiri.
Kita harus berhati-hati dalam persoalan ini. Jangan sembarangan menjatuhkan vonis kafir kepada seorang pun di antara para ahli kiblat, kecuali dengan hujah pasti. Hartanya juga tidak halal sedikit pun kecuali dengan konsekuensi syar’i. Itupun harus memenuhi persyaratannya seperti yang termaktub dalam kitab-kitab hukum.
Betapa banyaknya peringatan keras yang tertuang dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya agar jangan menyakiti kaum muslimin dan menzalimi seorang hamba Allah pun yang tertindas, karena yang diharamkan tidaklah sebatas muamalat-muamalat haram secara lahiriah semata, seperti merampas harta milik orang lain, mencuri, dan semacamnya. Bahkan yang lebih buruk lagi adalah menipu pemesan barang, memeras orang lemah dan lalai, dan siapa saja yang tidak dapat membela diri.
*Disebutkan dalam hadits qudsi dari Allah Ta'ala, Ia berfirman, “Sangat berat murka-Ku terhadap siapa yang menzalimi orang lain yang tidak memiliki seorang penolong pun selain Aku.”*
Allah Yang Maha Halus, Maha Teliti adalah penolong bagi orang-orang yang dizalimi, pembela bagi orang-orang yang tertindas, pembinasa bagi orang-orang zalim dan semena-mena. “Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’ara`: 227)
*Disebutkan dalam salah satu kitab yang diturunkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala; Ia berfirman, “Aku zalim jika Aku tidak membalas orang zalim.” Namun Allah Maha Penyantun, tidak terburu-buru membalas. Ia memberi waktu, bukan melalaikan.*
Allah Ta'ala berfirman, “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang tergesagesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (QS. Ibrahim: 42-43)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar