🌺KISAH SAHABAT UTSMAN BIN AFFAN RA DAN SUMUR RAUMAH YANG BERUSIA 1400 TAHUN🌺
Berbisnis dengan Allah tidak akan pernah membawa kerugian. Hal itulah yang ditunjukkan Utsman pada kisah ini.
Waktu itu, kota Madinah dilanda paceklik sehingga kesulitan mendapatkan air bersih. Satu-satunya yang tersisa adalah sumur milik seorang Yahudi yang bernama sumur Raumah. Kaum muslimin dan penduduk Madinah harus antre dan membeli air bersih orang Yahudi tersebut.
Nabi kemudian menghimbau agar ada dari kaum muslimin yang bisa membebaskan sumur itu dan menyumbangkannya untuk ummat agar mendapatkan surga Allah SWT.
Utsman bin Affan Ra tergerak hatinya dan menemui Yahudi pemilik sumur Raumah. Namun, meski Utsman memberikan penawaran harga tertinggi, si Yahudi tidak mau menjualnya. Dia bilang, “Seandainya sumur ini aku jual kepadamu wahai Ustman, maka aku tidak bisa mendapatkan penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari.”
Karena ingin sekali mendapatkan pahala berupa surga Allah, Utsman sebagai seorang pebisnis tidak kehilangan akal mengatasi penolakan Yahudi itu. “Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu?” Utsman mencoba bernegosiasi.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Jika engkau setuju, kita memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu. Lusa menjadi milikku lagi. Begitu seterusnya berganti-ganti setiap hari. Bagaimana?” Jelas Utsman.
Yahudi itu pun berpikir cepat, “Aku mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa kehilangan sumur milikku.” Akhirnya dia menerima tawaran Utsman.
Hari pertama itu disepakati sumur milik Utsman. Beliau mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah. Mereka dipersilakan mengambil air secara gratis seraya mengingatkan agar mereka mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari karena esoknya sumur itu akan menjadi milik orang Yahudi itu lagi.
Keesokan harinya, si Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli karena penduduk masih memiliki persediaan air di rumah. hal tsb terjadi berulang ulang kali hingga Si Yahudi itupun mendatangi Ustman dan berkata, “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin.” Utsman setuju lalu dibelinya dengan harga 20.000 dirham. Maka sumur itupun menjadi milik Utsman sepenuhnya.
Utsman lalu mewakafkan sumur Raumah. Sejak itu, sumur Raumah bisa dimanfaatkan oleh siapa pun termasuk si Yahudi, pemilik lamanya.
Beberapa waktu kemudian, tumbuhlah pohon kurma di sekitar sumur. Jumlahnya terus bertambah dan dipelihara oleh Bani Utsmaniyah. Lalu disusul pemeliharannya oleh pemerintah Saudi hingga berjumlah 1.550 pohon.
Selanjutnya, Departemen Pertanian Pemerintah Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar. Setengah dari keuntungan disalurkan untuk anak-anak yatim dan miskin. Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan sampai sekarang sejak 1400 tahun yang lalu. Waktu terus berjalan hingga uang di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di lokasi strategis dekat Masjid Nabawi. Hotel itu kemudian diberi nama Hotel Utsman bin Affan karena dibangun dari uang rekeningnya. Hotel tersebut diperkirakan dapat menghasilkan omzet sekitar 50 juta riyal per tahun. Setengah keuntungannya untuk anak yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi kembali dimasukkan ke rekening Utsman di bank.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar